Tawaran jalan-jalan ke Lombok tidak mungkin saya tolak, apalagi sambil kerja dan dapat ilmu baru. Bulan Juni yang lalu kesempatan tersebut datang dan saya bersama beberapa orang teman2 saya berangkat dengan pesawat Garuda rute Jakarta - Mataram perjalanan selama 2 jam terasa singkat. Wilayah yang akan kami studi adalah Kecamatan Sembalun Lawang yang berada di lereng Timur G. Rinjani. Selama 2 minggu kami melakukan perjalanan dengan jalan kaki untuk melakukan pemetaan mataair panas dan pemetaan geologi untuk mempelajari potensi panas bumi di wilayah ini.
Kami menginap di pos pengamatan gunungapi Rinjani yang dipimpin oleh pak Harlin dan pak Teddy. Mereka adalah penduduk asli Sembalun yang sudah lama bekerja untuk Badan Vulkanologi sebagai petugas pemantau gunungapi. Hampir semua gunungapi semua gunungapi aktif di Indonesia dipantau oleh pos pengamatan gunungapi. Pak Harlin dikenal oleh hasil jepretannya dengan kamera Nikon FM10 saat Gunung Baru Jari, anak G. Rinjani meletus tahun 1995.
Jika orang-orang mengatakan bahwa Gunung Rinjani adalah gunungapi yang sangat indah, saya tidak bisa membantah pendapat tersebut. Setelah seminggu lamanya berada di wilayah Sembalun untuk mencari mataair panas dan hampir setiap pagi memandangi gunung tersebut dari jauh dan dari berbagai sudut, tidak hanya rasa kagum tetapi rasa penasaran perlahan-lahan hinggap. Namun untuk mencapai puncak gunung tersebut bukanlah hal yang mudah untuk kami, selain tidak punya waktu yang cukup banyak, tenaga kami juga sudah habis oleh perjalanan sebelumnya.
Pak Harlin dan pak Teddy yang tidak bosan-bosannya menjelaskan sejarah gunungapi tersebut, kapan dan bagaimana letusannya justru membuat saya lebih tertarik mengunjungi Danau Segara Anak. Danau Segara Anak adalah danau yang terbentuk di dalam kaldera lama G. Rinjani. Danau ini berada pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Di sisi barat daya terdapat kerucut gunungapi baru yang terbentuk oleh letusan tahun 1984, 1995, dan 2002 di antaranya G. Baru Jari, G. Baru, dan G. Rombongan.
Pada hari Rabu sore kami mulai melakukan pendakian dengan tujuan Danau Segara Anak, terdiri dari saya, Zul, Lina, Yoga, tiga orang porter dan pak Harlin sebagai guide kami. Ada dua rute yang bisa digunakan menuju danau tersebut dan G. Rinjani, yaitu melalui Desa Senaru di sisi utara dan Desa Sembalun Lawang di sisi timur. Melalui Senaru rutenya lebih pendek, namun curam dan pemandangannya kurang, karena melalui hutan. Sedangkan melalui Sembalun rutenya lebih panjang, landai, dan pemandangannya lebih menarik, karena setengah perjalanan akan melalui padang savana. Selain itu keuntungan lainnya menggunakan rute Sembalun adalah kita memulai dari ketinggian yang lebih tinggi dari Senaru. Sembalun berada pada ketinggian 1100 meter, sedangkan Senaru berada pada ketinggian 600 m.
Karena waktu yang dimiliki hanya dua hari, maka kami tidak akan beristirahat di tengah perjalanan tetapi beristirahat di tepi danau. Dan untuk mencapai danau dibutuhkan waktu kurang lebih 12 jam berjalan kaki. Perjalanan kami mulai pada pukul 3 sore, saat sinar matahari mulai berkurang intensitasnya. Perjalanan melalui padang sabana kami disuguhkan pemadangan yang sangat indah. Satu setengah jam berjalan, kami tiba di pos I dan berisitrahat sebentar. Perjalanan dilanjutkan dan kami melalui pos II dan tiba di pos III dua jam kemudian. Kami makan malan di pos tersebut. Makan malam disajikan oleh para porter kami termasuk memasak kopi.
Setelah cukup segar, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelawangan. Kali ini perjalanan menjadi lebih berat karena selama menuju Pelawangan jalan mendaki terus. Pak Harlin sering menyebut rute ini disebut sebagai "tanjakan penyesalan", karena biasanya pendaki mulai merasa sangat kelelahan di rute ini. Kami mampu menyelesaikan rute Pos II - Pelawangan dalam waktu 2,5 jam dan saat tiba di atas kami menyaksikan banyak sekali tenda-tenda berdiri di area yang sangat terbatas itu. Biasanya mereka yang mau menuju puncak Rinjani beristirahat di tempat ini, karena dari Pelawangan hanya dibutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan saja.
Dari Pelawangan menuju tepi Danau Segara Anak, perjalanan melalui jalan berbatu yang sangat sempit dan terjal. Dengan penerangan yang sangat terbatas, perjalanan menjadi berbahaya. Kami harus berhati-hati dalam memilih pijakan kaki. Akhirnya setelah 3 jam perjalanan turun kami tiba di tepi danau tepat jam 2 pagi. Buru-buru mendirikan tenda dan kami segera beristirahat.
Pagi hari saat keluar dari tenda, dihadapan saya terbentang pemandangan yang luar biasa indah. Permukaan danau yang sangat luas dan berwarna biru memantulkan cahaya matahari. Dinding-dinding kawah yang terjal dan berwarna hitam dengan tinggi ratusan meter membatasi tepi danau. Di atas tebing tersebut awan atau kabut berwarna putih seolah-olah menjadi plafon kawah. Di dalam 'lubang' depresi ini terdapat tiga buah gundukan yang 'kecil' yang berwarna kecoklatan dan mengeluarkan asap tipis. Di sebelah tenggara bukit tersebut di latar belakang adalah lereng G. Rinjani yang terjal dan mencapai ketinggian 3700 m.
Puluhan orang berdiri di tepi danau memegang alat pancing, rupanya kegiatan memancing di danau ini sangat menarik dan kadang-kadang merupakan tujuan utama wisatawan ke Danau Segara Anak. Pak Harlin dan pak Zul asyik memancing di dekat tenda kami, sedangkan porter kami memancing di tempat lain. Satu jam memancing, mereka berdua hanya mendapatkan ikan-ikan berukuran kecil. Rupanya porter kami lebih beruntung dan mendapatkan ikan-ikan berukuran besar yang akan mereka jadikan oleh-oleh. Kami sempat menikmati ikan bakar mujair dan ikan lainnya yang saya tidak ketahui namanya. Katanya yang menebar bibit ikan di danau ini adalah ibu presiden kedua kita kurang lebih awal tahun 80-an.
Setelah kenyang mencicipi ikan bakar, kami menuju mataair panas yang berada di hulu alur Sungai Kokok Putih. Beberapa mataair panas muncul melalui rekahan pada batuan andesit yang sudah terubahkan. Nampak endapan-endapan silika di sekitar mataair panas tersebut, sehingga dari kejauhan kompleks mataair panas ini tampak berwarna putih. Temperatur air panas ini sebetulnya tidak terlalu panas, namun karena kesiangan, semangat untuk berendam surut. Saya yakin kalau tiba lebih pagi, pasti berendam di mataair panas tersebut pasti sangat menyenangkan. Setelah puas berkeliling di mataair panas Kokok Putih sambil melakukan pengukuran dan pengambilan contoh air, kami kembali ke tenda.
Sebetulnya ada satu obyek lagi yang menarik dikunjungi yaitu komplek gunungapi baru, namun karena muka air danau sedang naik, maka perjalanan menyusuri tepi danau ke lokasi tersebut menjadi berbahaya. Perjalanan lain bisa dilakukan dengan perahu, tetapi di danau ini tidak tersedia perahu. Di musim kemarau, jalan di sepanjang tepi danau menuju ke lokasi gunungapi baru akan kering dan lebih aman dan mudah dilalui. Terpaksa kami hanya puas memandangi gunungapi tersebut dari jauh.
JAm 2 siang setelah puas menikmati pemandangan di Danau Segara Anak, kami bersiap-siap pulang. Jika perjalanan naik membutuhkan waktu 11 jam, maka perjalanan pulang lebih cepat. Kami tiba di lokasi keberangkatan kami jam 9 malam, sehingga perjalanan pulang hanya membutuhkan waktu 7 jam. Perasaan puas dan senang membuat perjalanan lebih ringan, dan juga perbekalan yang sudah lebih sedikit.
Satu kenginan saya jika saya ada kesempatan lagi, saya akan melanjutkan perjalanan ke puncak G. Rinjani yang belum sempat dituntaskan kali ini. Mudah-mudahan suatu saat nanti, jika Tuhan berkehendak.