Thursday, March 20, 2008

MASYARAKAT BARU YANG PERKASA

Seorang penulis bernama Neil Postman meramalkan adanya sebuah bahaya yang lebih besar daripada yang tampak di permukaan seperti saat ini. Musuh-musuh besar yang tampak di permukaan seperti perang nuklir, komunisme, kapitalisme, dan perpecahan di antara bangsa tampaknya lebih mengerikan dibandingkan dengan musuh-musuh yang lebih terselubung di bawah permukaan. Pada saat ini orang-orang mau menukarkan kebebasan dan kemerdekaan pribadinya demi mendapatkan teknologi yang menjanjikan kenyamanan, rasa aman, dan hiburan. Aldus Huxley dalam bukunya Brave New World meramalkan tibanya bahaya besar yang muncul bersama bangkitnya masyarakat baru, yaitu :
  1. Masyarakat baru yang memperbaiki cacat dalam kepribadian. Orang-orang berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahan mental manusia melalui cara pembedahan dan obat-obatan. Dokter dapat menyembuhkan para penjahat atau kriminil dengan menanamkan chip-elektroda di dalam kepala mereka. Dengan obsesi akan masyarakat yang bebas cacat, kita seolah-olah lupa akan sumbangan berharga dari orang-orang 'aneh' seperti Beethoven, Vulgate, dan Einstein.
  2. Masyarakat baru yang menyederhanakan moralitas. Selama ratusan tahun gereja dan negara berusaha memecahkan masalah keadilan sosial dan seksualitas, tetapi pada saat ini pembahasan mengenai hal-hal itu telah menyingkirkan hal-hal menyangkut kebenaran mutlak dan hak azasi manusia. Yang terpakai hanyalah prinsip toleransi dan kebaikan umum.
  3. Masyarakat baru yang menyederhanakan masalah dengan teknologi. Kita menerapkan kriteria mengenai maju, berkembang, dan terbelakang untuk mengelompokkan masyarakat bukan menggunakan kata-kata bernilai seperti adil, bermoral, baik. Negara di belahan timur lebih asyik mengejar ketertinggalan mereka dibanding negara barat, sementara melupakan nilai-nilai spiritual yang mereka miliki dan sebenarnya dapat disumbangkan untuk mengurangi dampak kebobrokan materialisme negara barat. Saat ini berita tentang pemusnahan dan pembunuhan di Timur Tengah seolah-olah hanya menjadi sekilas berita yang disisipkan di antara berita politik, hiburan, dan olahraga.
  4. Masyarakat baru yang meninggikan hiburan di atas segala nilai. Saat ini seorang artis atau olahragawan yang tampil dalam satu kali pertunjukkan atau pertandingan mungkin mempunyai gaji sampai dua kali lipat daripada gaji seorang guru selama setahun. Televisi sudah menjadi media bagi pemasaran kejahatan sehingga kejahatan apa saja yang disiarkan di televisi akan lebih berkembang dari sebelumnya. Dan juga jika kita mau membandingkan kepopuleran dan jumlah jemaat seorang pengkotbah televisi daripada seorang pendeta di gereja lokal, kita mendapatkan bahwa media televisi juga bisa mentransfer spirit atau roh.
Henry David Thoreau memiliki pandangan mengejutkan yang cukup mengusik kita : "Penemuan kita tidak boleh menjadi mainan-mainan cantik, yang mengalihkan perhatian kita pada hal-hal yang lebih seirus serius. Penemuan tersebut hanyalah alat yang disempurnakan untuk tujuan yang tidak sempurna, tujuan yang sebenarnya sudah terlalu mudah untuk dicapai. Kita terlalu cepat membangun alat komunikasi canggih dari Maine ke Texas, sedangkan antara Maine dan Texas sebenarnya tidak mempunyai hal penting untuk dikomunikasikan."

Takkala kita mengambil surat kabar saat sarapan, kita berharap - kita bahkan menuntut - surat kabar itu memberi kita kejadian penting dari malam sebelumnya. Kita menyalakan radio mobil sambil mengemudi ke tempat kerja, dan berharap sudah ada berita sejak surat kabar pagi tadi naik cetak. Saat pulang sore harinya, kita mengharapkan bukan saja rumah kita sebagai tempat berteduh, untuk menjaga kita merasa aman, tetapi juga untuk membuat kita merasa santai, untuk mengangkat martabat kita, untuk mengelilingi kita dengan musik lembut dan hobi-hobi menarik, untuk menjadi taman bermain, teater di dalam rumah, dan bar mini untuk mengingatkan sebuah cafe. Kita mengharapkan liburan cuti selama dua minggu bisa menjadi liburan yang romantis, eksotik, meriah, murah, dan tanpa kerja keras. Kita mengharapkan suasana luar negeri ketika kita pergi ke tempat yang dekat, dan kita menharapkan suasana dalam negeri ketika kita pergi ke luar negeri. Kita berharap setiap orang merasa bebas untuk berbeda pendapat, namun kita mengharapkan setiap orang setia, tidak merusak ketenangan, dan membuat perubahan drastis. Kita mengharapkan semua orang percaya secara mendalam pada agamanya, namun tidak mengurangi rasa hormat pada mereka yang tidak percaya. Kita mengharapkan bangsa kita menjadi kuat, besar, maju, beragam, dan siap menerima tantangan, namun kita mengharapkan tujuan nasinal kita tersebut dijabarkan dan dituangkan secara sederhana dan gampang dimengerti, sesuatu yang dapat mengatur arah kehidupan dua ratus juta penduduk namun dapat dibeli di emperan jalan dengan uang dua ribu rupiah saja. Kita mengharapkan yang bertentangan dan yang mustahil. Kita menginginkan mobil kecil yang lega, mobil mewah dan ber-cc besar namun ekonomis. Kita ingin jadi kaya tetapi juga dermawan, menjadi kuat tetapi juga penuh belas kasihan, menjadi aktif tetapi juga bisa merenung, menjadi baik hati sementara kompetitif. Kita tertantang oleh humor untuk mencapai prestasi tinggi, terdidik dan terampil oleh pendidikan murahan. Kita ingin makan dan tetap kurus, sering berpergian tetapi juga akrab dengan tetangga, pergi ke gereja "pilihan orang" dan melakukan tuntutannya di gereja sendiri, manusia menyembah Tuhan tetapi juga menjadi Tuhannya. Tidak pernah kita mengharapkan segalanya dan ingin menjadi segalanya, menjadi seperti tuannya seperti saat ini. Tetapi tidak pernah juga manusia merasa tertipu dan kecewa.

Diambil dari buku Finding GOD in Unexpected Places

No comments: